Jumat, 22 Desember 2017
Sabtu, 09 Desember 2017
Selasa, 10 Oktober 2017
Selasa, 19 September 2017
Rabu, 17 Mei 2017
UN HARI III
IPA, sesi terakhir untuk menu UN (sekarang US/M). Anugerah yang sangat keren dari Allah karena hingga hari ini, Agree sehat dan prima. Alhamdulillaah. Kalau pun dia bilang ada soal yang susah dan kemungkinan jawabannya salah, bukan masalah buat saya. Melihatnya ceria dan optimis, sudah nikmat yang teramat sangat.
Selasa, 16 Mei 2017
UN HARI II
Pagi ini, Agree menjalani UN hari kedua. Matematika. Pengalaman dia demam selama 3 hari beberapa waktu lalu yang dilanjutkan sakit mata, membuat saya sangat prihatin dan selalu ingin mengawalnya. Semoga Agree selalu sehat. Sejauh ini Agree sangat prima dan percaya diri. Semoga selalu demikian.
Di sini, di sisi gedung sekolahnya, saya selalu mendukungnya dengan doa.
Di sini, di sisi gedung sekolahnya, saya selalu mendukungnya dengan doa.
Senin, 15 Mei 2017
UN HARI I
Berharap anak saya, Agree, termotivasi saat menjalani Ujian Nasionalnya kali ini, saya mengambil cuti. Lima hari. Saya berusaha ikut mengajarinya ketika belajar, mengantarnya ketika sekolah (dan menungguinya hingga waktu bubaran), mengurut badannya, dan sebagainya. Pokoknya total ingin terlibat dalam persiapan Agree. Berlebihan? Tidak, khususnya karena dua pekan terakhir, Agree sempat tidak masuk sekolah selama tiga hari karena sakit, dan terakhir dia terkena gangguan kesehatan matanya. Dia ringkih belakangan ini.
Tidak banyak yang saya inginkan dari Agree untuk UN ini. Saya hanya ingin dia sehat, tanpa beban, dan maksimal dalam mengerjakan soal, itu saja. Dan keterlibatan saya ini pun menjadi representasi niat dan komitmen saya sebagai orang tua yang seharusnya. Dan kalaupun hasil UN-nya tidak memuaskan sekalipun, saya sudah sangat puas karena semua persiapan telah berjalan dengan sangat baik. Bismillaah.
Senin, 24 April 2017
BUKUKU TERBIT
![]() |
![]() |
Hari Minggu tanggal 23 April 2017, pas aku sama bapak and Mbak Arien ngobrol-ngobrol
mau makan siang (ibu lagi di Tegal nengok mbah yang sakit),
tetanggaku bilang ada surat nyasar ke dia. Katanya dari
Bandung. Bapak nyuruh aku cepetan ambil. Aku baca
sampulnya, yes... dari penerbit Mizan. Agak tebel. Ada tumpukan bukunya. Aku feeling pasti ini bukuku terbit.
Alhamdulillah, bukuku beneran terbit. Buku kedua aku. Aku dapat 5 buku dari Mizan, langsung habis buat para penggemar, ceilah.... Buku yang judulnya Berdoa di Atas Awan. Selamat ya Gree, kataku buatku sendiri. Alhamdulillah sujud syukur kepada Tuhan, semoga bukunya laku. Amin.
(Agree, gitarisnya Coldplay)
(Agree, gitarisnya Coldplay)
Agreeardi Healmy Allidea
Senin, 10 April 2017
Jumat, 24 Februari 2017
DI SEKITAR ANAK-ANAK KITA
Setengah tahun terakhir ini, anak saya, Agree, agak introvert.
Introvert yang saya maksud adalah, dia tidak seperti biasanya. Biasanya dia banyak
bergaul dan banyak berkunjung ke rumah teman-temannya. Untuk sekedar ngobrol,
bermain karambol, atau menonton televisi. Sekarang saya pun kehilangan momen
menyaksikan dia bermain bola dan layang-layang bersama teman-temannya di halaman
samping rumah.
Belakangan ini dia lebih suka bermain di rumah, bahkan juggling bola kaki pun di rumah. Buntutnya
paling-paling nonton saluran televisi sepakbola kesukaannya. Yang pasti sih dia tidak berkutat dengan ponselnya,
karena ponsel Agree diamankan ibunya, sampai dia lulus SD nanti, Insya Allah.
Ada perasaan sebal menyaksikan kebiasaan Agree berdiam di
rumah. Kerapkali kami, terutama ibunya, memaksa Agree untuk keluar rumah,
sekedar untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Tapi dia bergeming. Tidak beranjak, juga tidak
berontak. Pokoknya dia diam saja, dan memilih beraktivitas di rumah. Ketika saya dan
isteri saya hendak pergi, dia hampir pasti memilih ikut kami, tidak memilih
bermain bersama teman-temannya. Kalaupun dia harus keluar sendiri, itu karena dia
berkegiatan di tempat les atau kursus.
Soal di atas itu, saya menduganya sebagai masalah hormonal biasa,
perkara lazim bagi anak-anak seusianya. Dia yang mulai baligh, sedang mencari
bentuk dalam fase split personality-nya.
Saya pun hanya bisa memantau dan sesekali ingin tahu perihal kegiatannya, bacaannya,
lukisannya, dan coretannya. Sejauh yang saya tahu, Agree tetap ideal.
Hingga kemudian...
Tadi malam, kami dikagetkan dengan kejadian berikut ini.
Beberapa orang nampak sibuk mencari-cari sesuatu. Mencari orang
tepatnya. Dan ternyata yang dicari adalah dua orang anak, teman sepermainan Agree. Saya
belum tahu persis siapa orang-orang yang mencari-cari itu. Yang pasti mereka
melakukan pencarian dengan hawa amarah.
Usut punya usut, ternyata teman-teman sepermainan Agree itu telah melakukan
perbuatan ini: menghadang seorang remaja putri di jalanan sepi, lalu berusaha membuka
paksa pakaiannya, lalu tangan-tangan mereka (maaf) masuk ke dalam, untuk kemudian meremas-remas buah
dada remaja puteri tersebut. Dan orang-orang yang mencari kedua anak tadi barangkali
orang tua atau saudara korban. Atau bisa jadi petugas.
Yang bikin nelangsa hati, kedua teman sepermainan Agree itu
masih duduk di bangku sekolah dasar, masing-masing kelas 4 dan 5. Entahlah, saat
ini keadaan chaos itu masih bergulir. Anak-anak yang dicari tersebut rupanya belum
ditemukan. Lari dari rumah. Dan kemungkinan pelakunya memang tidak hanya dua anak tersebut.
.
.
Saat itulah, Agree bersuara, “Itulah kenapa Agree nggak mau main sama mereka.”
Saya lemas. Saya bersyukur. Saya bangga. Dan saya berdoa.
Lemas, karena ternyata anak saya, juga dunia anak-anak saya,
ada di sekitar budaya laknat yang mengitarinya. Naúdzubillaah. Lindungi
anak-anak kami dari keadaan yang sedemikian itu ya Allah.
.
.
Bersyukur, karena anak saya terhindar dari lingkungan
pergaulan yang rusak itu. Alhamdulillaah, itu pasti karena Allah pasti sayang padanya.
.
Bangga, karena anak saya sudah memiliki filter yang baik dalam
pergaulannya. Dia menarik diri pada saat yang mengharuskan dirinya mengambil
sikap. Bagus, Gree! Keren!
.
Dan tentu saja saya berdoa, semoga anak saya, anak-anak saya, juga siapapun dia, selalu terjaga dan bisa menjaga atas dinamika jaman dan segala ekses-eksesnya.
Dan tentu saja saya berdoa, semoga anak saya, anak-anak saya, juga siapapun dia, selalu terjaga dan bisa menjaga atas dinamika jaman dan segala ekses-eksesnya.
Anak saya melanjutkan berkisah, “Mereka suka ke warnet, ngelihat
foto-foto dan video jorok.”
Mungkin tidak hanya dari warnet, tapi juga melalui ponsel-ponsel pintar mereka.
.
Mungkin tidak hanya dari warnet, tapi juga melalui ponsel-ponsel pintar mereka.
.
Kembali saya terhenyak. Lemas, bersyukur, dan berdoa.
.
“Mereka sudah biasa pacaran di
belakang sana,” katanya sambil menunjuk sebuah kamar mandi tua, yang kalau
malam sepi dan gelap. Saya tidak berani berinterpretasi. Tapi banyak
bayang-bayang yang saya kutuk bermunculan di pikiran saya. Semoga pikiran saya
salah.
Pacaran?
Pacaran?
Sebenarnya saya menyesalkan kenapa anak saya tidak
menceritakan keadaan itu sejak lama kepada saya. Tapi... memang, buat apa. Lapor
kepada saya tentu bukan jalan keluar buat dia. Tidak ada gunanya. Dia tentu masih ingin menjaga
nama baik teman-temannya. Atau jika saya dilaporinya, pasti akan ada larangan keras kepadanya untuk tidak lagi menjumpai teman-temannya. Dan itu hanya akan membuatnya beku. Tapi apapun, Agree yang hanya
diam, kiranya sudah mengambil jalan yang aman dengan menarik diri dari pergaulan di
lingkungannya.
Saya masih terhenyak. Menghayati perasaan dan pikiran
saya yang berkecamuk. Tentang ekses globalisasi yang sudah merangsek di lingkungan anak-anak
saya. Sedemikian sudah menjajah anak-anak yang hidup di kampung damai, di tempat
yang saya tinggali. Tempat yang seharusnya semarak dengan wajah dan tingkah anak-anak yang masih polos, yang bermain dengan cerah
ceria dengan teman sebayanya. Bukan anak-anak yang sudah bermata nanar dengan
nafsu jahat di kepalanya. Naúdzubillaah, Semoga Allah melindungi anak-anak kita
semua.
-------------
Jumat, 27 Januari 2017
TOYOTA DREAM CAR ART 2017
Aku menggambar untuk ikut lomba Toyota Dream Car Art 2017.
Ga menang ga pa-pa, yang penting sudah berusaha. Aku pakai krayon carandache campur sama spidol dan tinta.
Aku semangat menggambar karena Toyota kan kendaraan idolaku. Terutama ibuku, Toyota mania banget. Katanya mobil paling bagus dan kuat cuma Toyota.
Aku menggambar mobil impianku. Mobil impianku bentuknya kaya kupluk pendaki gunung. Baling-balingnya kaya bunga edelweis dan verbena. Mobil itu bisa membawa semua orang termasuk penyandang disabilitas ke puncak gunung. jadi ga hanya pendaki saja yang bisa ke puncak gunung. siapa saja boleh menikmati keindahan puncak gunung. Terus mobil itu bisa buat evakuasi kalau ada bencana alam/gunung meletus.
Gambarku terinspirasi naik gunung. naik Gunung Bromo yang indah.
![]() |
Aku lagi melukis |
![]() |
Ini formulirnya |
![]() |
Kirim deh |
Zachroni Sampurno
SD Negeri Julang Bogor
Agreeardi Healmy Allidea
Agreeardi Healmy Allidea
Langganan:
Postingan (Atom)