Senin, 28 September 2015

GUNUNG ANGKER




Gunung angker? Ya, fenomena gunung angker merupakan gejala biasa yang kerap kita dengar. Berbagai pengalaman para pendaki gunung dan masyarakat di sekitar gunung, sesekali kita saksikan di media massa. 

Dari kalangan pendaki, pengalaman mistis yang biasa dialami mereka misalnya melihat penampakan makhluk gaib, selain terjebak dalam keramaian setara dengan pasar, yang kemudian memunculkan istilah jamak "pasar setan". Istilah ini merupakan istilah yang akrab di hampir semua gunung, meski kini pengertiannya sudah beralih. Keramaian mistis dalam bentuk apapun sekarang diterjemahkan sebagai pasar setan, bukan hanya merujuk pada tempat bertemu penjual dan pembeli.

Pengalaman mistis di Gunung Lawu misalnya, saya pernah mengalaminya. Di Gunung Slamet, seorang teman menceritakan bahwa dirinya sempat bermain voli, dan keesokan harinya dia ditemukan seorang diri dalam keadaan bingung, tidak jauh dari jalur pendakian. Di Merapi, teman saya yang lain bercerita bahwa dia sempat membeli sandal dari sebuah warung kelontong yang ternyata gaib. Sandalnya pun ternyata "berubah" menjadi sampah daun yang mengumpul. Juga teman-teman lain ada yang mengalami fenomena berpapasan dengan kakek atau nenek misterius, anak kecil yang tidak menjawab sapaan, perempuan berambut panjang, bahkan pocong. Semua itu menjadi fenomena wajar yang dirasakan sebagai serba-serbi pendakian.

Betewe, masih ada kaitannya dengan yang saya utarakan di atas, buat saya, saat berkumpul atau bereuni dengan teman-teman di klub pecinta alam, adalah saatnya berhandai-handai dalam skala yang hebat. Karena di situlah kami bisa berbagi pengalaman yang luar biasa, baik mistis maupun non mistis dalam kerangka cerita petualangan. Diskusi soal alam, gunung, dan aneka ragam dan warnanya sungguh menjadi tema diskusi yang mengalahkan diskusi bertema apapun.

Berdasarkan cerita saat berkumpul atau bereuni itulah, berikut ini kesimpulan saya tentang gunung-gunung angker di Indonesia.

1. Gunung Lawu (3265 m dpl)


Gunung ini berada di area segitiga Magetan-Ngawi-Karanganyar tepat di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masyarakat setempat mencitrakan puncak Lawu sebagai lukisan orang yang tengah tertidur. Barangkali sebuah simbol gunung tidur dari kenyataan sebenarnya, bahwa Gunung Lawu adalah gunung aktif. 
...
Beberapa gejala mistis yang agak sering dialami para pendaki di sana antara lain mendengar bunyi gamelan di sekitar puncak (saya masih meragukan, jangan-jangan itu bunyi gamelan atau radio/tape dari desa terakhir yang memang kerap terdengar hingga puncak), penampakan candi-candi dengan tipikal candi Majapahit (sementara dalam kenyataannya tidak ada), serta hantu pocong. 
...
Ada beberapa larangan saat mendaki Gunung Lawu. Konon, jika ada pendaki yang melanggar, maka dia akan celaka. Salah satu larangan yang melegenda di sana adalah: pendaki dilarang memakai pakaian berwarna hijau layung. Teman-teman, inilah yang terjadi pada saya yang tidak percaya tahayul. Sebelum pendakian itu, tepatnya sesaat setelah saya menghabiskan waktu di Grojogan Sewu, saya mengenakan kaos hijau berlogo LAREPA, klub pendakian saya yang bermarkas di Cilacap. Pengalaman yang pernah saya ceritakan itulah yang kemudian terjadi (bisa dibaca di posting GUNUNG LAWU). Saya tersesat bersama calon isteri dan rekan-rekan saya, dan terjebak dalam pengalaman yang menarik, tapi mengerikan. Itu pun masih saya klaim sebagai kebetulan, kesialan. Tapi itulah yang terjadi. Percaya atau tidak.
...
Di Gunung Lawu ini ada tiga puncak: Hargo Dumiling, Hargo Dalem, dan Hargo Dumilah. Puncak Hargo Dalem, ialah tempat seorang raja Majapahit, Prabu Brawijaya moksa (menepi) dan akhirnya wafat di sana. Di sana ada petilasan besar yang dijadikan monumen sang raja. Dan mungkin ini ada kaitannya dengan pengalaman saya dan teman-teman, yang pernah menyaksikan sebuah perkampungan kecil dengan masyarakat yang mengenakan pakaian ala Majapahit. 

...


2. Gunung Ciremai (3078 m dpl)


Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung ini, bersama Gunung Slamet di Jawa Tengah dianggap oleh sebagian teman-teman sebagai gunung standar yang menjadi rujukan pendakian lainnya. Maksudnya, jika sudah menaklukkan kedua gunung ini, maka gunung lainnya akan terasa mudah dicapai. 

Jika ingin jalur yang menantang, silakan lewat jalur Linggarjati, tapi jika ingin jalur yang landai, biasa lewat jalur Palutungan.



Ada beberapa lokasi di sana yang dianggap angker, antara lain Sangga Buana dan Pengasungan. Menurut masyarakat setempat, mereka sering mendengar suara ringkik kuda dan derap pasukan perang. Rupanya dahulu tempat ini dijadikan salah satu basecamp tentara Jepang. Entahlah, saya sendiri belum pernah membuktikannya.

Seorang teman mempunyai pengalaman begini. Saat dia dan rombongannya mendaki, ada seseorang yang tidak dikenal masuk dalam rombongannya. Tidak begitu lama bergabung, orang misterius ini menghilang.

Pernah pula di pos 2 jalur Linggarjati, seorang teman menyaksikan seorang wanita yang dikira penduduk desa yang tiba-tiba ada di sekitar lingkaran para pendaki, lalu hilang begitu saja setelah beberapa detik berada di situ. 


3. Gunung Arjuno (3339 m dpl)



Gunung yang berlokasi di Jawa Timur ini merupakan gunung tertinggi keempat di Pulau Jawa, terletak bersebelahan dengan Gunung Welirang. Gunung ini, sejak jaman Majapahit sudah dijadikan sebagai tempat menepi dan mencari wangsit.

Jika mendaki melalui jalur Purwosari (Tambak Watu), akan menemukan banyak artefak sejarah berupa reruntuhan dan arca peninggalan Kerajaan Majapahit. Namun sayangnya, situs ini tidak terpelihara dengan baik dan mengandalkan kepercayaan pada masyarakat setempat bahwa situs itu pasti terpelihara dan mereka menjamin tidak akan merusaknya.

Di kawasan Gunung Arjuno ini, saya sedikit agak bingung karena kepercayaan masyarakat bercampur aduk dengan legenda pewayangan. Seolah-olah, dunia pewayangan ini sejatinya ada. Keberadaan tempat-tempat di gunung ini hampir selalu dikaitkan dengan lakon-lakon pewayangan. Sehingga nama situs-situs di situ pun tidak jauh dengan nama tokoh wayang, seperti halnya nama gunung itu sendiri.

Di sana ada tempat yang dianggap angker, yaitu Alas Lali Jiwo.  Sebuah area vegetasi yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai cagar alam dengan nama Taman Hutan R. Soeryo untuk mengabadikan nama gubernur Jawa Timur di era awal Indonesia merdeka.
...
Tempat wingit lainnya adalah Pasar Dieng. Di situ terdapat beberapa makam pendaki yang gugur di sana. Sejauh ini tidak ada informasi dari teman-teman mengenai pengalaman yang mengharu biru di sana. Tapi menurut cerita kebanyakan, gunung ini merupakan salah satu yang terangker dan menyesatkan. Masyarakat sekitar kerap menjadi saksi itu semua.

Beberapa pantangan yang ada di sana, seperti jumlah pendaki tidak boleh ganjil, pendaki tidak boleh memakai baju berwarna merah, dan tidak boleh merusak petilasan yang banyak jumlahnya di sana.

4. Gunung Halimun (1925 m dpl)

Gunung Halimun terletak di koordinat beririsan antara Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi. 

Menurut legenda, pada saat terjadi Perang Bubat tahun 1357 (Majapahit vs Pajajaran), gunung ini diyakini sebagai tempat pelarian tentara Sri Baduga Maharaja, dan sempat membuat komunitas baru di sana, yang bertahan hingga berpuluh tahun lamanya.


Mitos lain di gunung ini adalah kepercayaan masyarakat sekitar bahwa di sana terdapat aura benteng Prabu Siliwangi yang pernah didirikan pasca kehancurannya kerajaan itu setelah diserang Kesultanan Banten pada 1600-an. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa di sana kerap ditemui pasukan perang berbusana khas kerajaan masa lampau. Dan tentu saja akhirnya menghilang.

Di Halimun ada rawa yang kelihatan tenang, tapi ternyata dia bisa menelan barang apapun. Berhati-hatilah jika ke sana, karena ini nyata sebagai fenomena alam, bukan mistis.

Gunung ini sekarang masih cukup ramai digunakan banyak komunitas untuk berlatih kepanduan beberapa organisasi masyarakat dan Pramuka. Di Halimun, dalam sebuah acara muqayyam (tadabbur alam), teman saya pernah mendengar suara macan melenguh dalam jarak yang dekat. Namun harimau itu tidak terlihat fisiknya. Mungkin cerita itu benar, dan mungkin macan yang dilihat itu adalah macan sungguhan, mengingat di kawasan Halimun dan Salak masih terdapat banyak macan, utamanya macan tutul dan macan kumbang.

 
5. Gunung Sumbing
  (3371 m dpl)


Gunung Sumbing berada di perbatasan Wonosobo dan Temanggung, Jawa Tengah.

Menurut cerita, pada jembatan yang lokasinya di antara pos 1 dan 2, dipercaya ada raja raksasa penunggu Sumbing. Masyarakat setempat sangat menjaga lokasi jembatan ini.

Juga di daerah Pasar Watu, ada wanita gaib yang disebut Sundel Bolong. Entah apakah ini mirip Sundel Bolong sebagaimana di film yang diperankan Suzanna. Yang pasti, setahu saya istilah Sundel Bolong awalnya memang hanya ada di daerah ini. Keberadaan legenda peri gunung pernah diceritakan oleh Kepala Dusun di Garung, salah satu desa terakhir pendakian.

Wartawan Trans 7, Trijoko pernah mengabadikan awan Semar di puncak gunung Sumbing. Ini banyak didramatisir sebagai awan yang bertuah.

Yang terkenal di Gunung Sumbing adalah Watu Kotak yang ada di area menjelang puncak. Treknya menanjak dan penuh bebatuan, lokasinya kurang lebih satu jam dari puncak. Di sana banyak ditemui sisa dupa yang dibakar. Tapi sejauh ini tidak banyak cerita menyeramkan mengenai tempat itu.

Di area puncak yang bernama Segoro Wedi (lautan debu), ada petilasan dan makam Ki Ageng Makukuhan. Menurut warga di kaki gunung, Ki Ageng ini yang membuka gunung Sumbing menjadi lahan tembakau yang subur. Sehubungan dengan itu, pada tanggal 21 sasi Pasa (Ramadhan), di tempat ini warga menyelenggarakan selamatan likuran. 

Di Sumbing saya pernah nyaris celaka saat ada hujan es dengan skala yang besar. Kepala saya sakit, rasanya seperti dihujani ribuan batu. Alhamdulillaah ada batu besar yang bisa menjadi tempat berlindung meski membuat jadwal turun menjadi tertunda lama.

Saat malam bercuaca cerah mendaki Sumbing, kita menyaksikan kelap-kelip di gunung Sindoro. ternyata itu sinar dari senter para pendaki yang diarahkan ke kita. Kita pun bisa menyenter mereka dari Sumbing. 

Di pos 2 Jalur Garung, sebuah tandu yang pernah digunakan untuk mengevakuasi korban ada di atas pohon. Mungkin tidak aneh, atau ada orang yang sengaja menggantungnya di sana. Tapi beberapa pendaki pernah berhalusinasi atas benda itu. Ada yang melihatnya seperti berisi sesosok mayat.  


6. Gunung Salak (2211 m dpl)

Gunung Salak merupakan gunung yang secara statistik termasuk jarang didaki jika dibandingkan dengan gunung-gunung yang saya uraikan di tulisan ini. Gunung Salak pernah meletus pada 1669 dan 1824. Selain karenanya rutenya menyesatkan dan puncaknya yang tersebar (ada tujuh puncak) di wilayah Bogor dan Sukabumi. Enam pesawat pernah jatuh di gunung ini, termasuk pesawat Sukhoi pada 2012 silam yang menelan korban seorang yang saya kenal. 

Kemungkinan nama Salak diambil dari sebuah kerajaan kecil bernama Salakanegara yang ada di kaki gunung ini, yang disinyalir sudah berdiri di awal masehi. Sampai sekarang kerajaan itu belum tercatat dalam sejarah resmi. Namun jika benar, maka kerajaan inilah yang akan meruntuhkan teori bahwa kerajaan pertama di tanah Sunda adalah Tarumanegara. 

Di sana ada Kawah Ratu yang belerangnya berpotensi mengeluarkan mofet dan ada juga Curug Seribu yang kerap menenggelamkan orang. Di dekat kawasan Kawah Ratu terdapat kawasan yang bernama Pengepungan. Konon, ini adalah lokasi prabu Siliwangi saat dikepung pasukan musuh. Jika kita naik dari Girijaya, akan ditemui daerah yang dianggap wingit, yaitu makam Pangeran Santri.   

Gunung Salak adalah gunung dengan vegetasi terbaik di Indonesia. Di gunung Salak banyak ditemukan tumbuhan anggrek liar yang indah (yang tidak akan tumbuh baik jika dibawa keluar gunung). Ada kisah pendaki menceritakan bahwa dia mengambil anggrek di sana dan sesaat kemudian tersesat lima hari, hingga akhirnya dia ditemukan selamat. 

Beberapa pengalaman pendaki menyatakan pernah bertemu dengan seorang nenek renta yang bisa berkomunikasi di area puncak  (Puncak Salak I), dan si nenek ini menggunakan bahasa Jawa alus (kromo inggil).
 

7. Gunung Merapi (2911 m dpl)


Salah satu gunung paling aktif di dunia ini berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta. 

Konon Panembahan Senopati (raja pertama Mataram Islam) ketika mengalahkan Kerajaan Pajang dibantu oleh gunung ini. Begini ceritanya, Pasukan Pajang yang tidak mengetahui watak Merapi ini, tidak tahu jika gunung sedang erupsi. Jadilah ini menjadi strategi sang Prabu untuk menggiring ke arah gunung dan terjadilah peperangan yang dibantu gunung. Jadi jika sekarang ini masih diartikan secara mistis, sebenarnya ada sisi lain yang rasional yang perlu diperhatikan. 

Lokasi angker menurut kepercayaan masyarakat sekitar adalah kawasan kawah. Selain itu, di kawasan Pasar Bubrah, atau tempat lapang sebelum jalan terjal menuju puncak, juga dikenal wingit. 

Teman saya, sebelum Pasar Bubrah sempat membeli sandal dari sebuah warung kelontong yang ternyata gaib. Sandalnya pun ternyata "berubah" menjadi sampah daun yang mengumpul. Menurut teman saya yang lain, yang bersangkutan memang sempat meracau sebelum akhirnya ambruk tak sadarkan diri.

Jika mendaki dari rute Ngepos (rute Muntilan) harus berhati-hati karena banyak gua yang dilalui utamanya setelah melalui Jurang Jero. Masyarakat setempat menganggap gua-gua itu dihuni "eyang" (eyang adalah sebutan untuk siluman harimau). Sementara menurut bapak saya yang lama bekerja di lereng Merapi, di sana memang masih ada beberapa macan kumbang dan macan tutul yang berpotensi berpapasan dengan manusia. Jejak telapak yang sering terlihat menunjukkan bahwa macan itu memang benar-ada, bukan macan jadi-jadian. 


8. Gunung Slamet (3428 m dpl)


Gunung Slamet berlokasi di area ngapak-ngapak Jawa Tengah.  Gunung ini pun kerap memakan korban.

Di Pos 4 atau yang dikenal sebagai daerah Samarantu, jarang ada orang yang berani tidur di situ karena angker (Samarantu berasal dari kata Samar dan Hantu yang berarti hantu yang tidak terlihat). Tapi buat saya, tempat ini favorit untuk beristirahat dan tidur sesaat sebelum nge-track menuju puncak. Saya pun masih bisa membayangkan pohon pinus besar di pos 5 yang didekatnya ada gundukan tanah yang sering menyesatkan para pendaki. 

Masih di Pos 5, seorang teman mempunyai pengalaman mistis yang unik. Dia sempat bermain voli dan menurutnya sempat berganti kostum. Dia merasa terjatuh saat bermain voli dan tidak sadarkan diri (jadi dia tidak sadarkan diri dua kali? dari alam sadar ke alam lain dan dari alam lain ke alam sadar). Keesokan harinya, dia ditemukan seorang diri dalam keadaan bingung, tidak jauh dari shelter Pos 5.

Jika melihat lokasi dan potensi tenaga endogennya, maka banyak pihak percaya jika gunung ini meletus secara eksplosif, akan mampu membelah Pulau Jawa.

9. Gunung Semeru (3676 m dpl)



Gunung Semeru berpuncak di Mahameru yang diistilahkan sebagai puncak abadi para dewa. Tempat-tempat di situ, seperti Junggring Salaka, Arcapada, Dewa Kembar, diadopsi dalam cerita pewayangan versi Indonesia.

Di Semeru terdapat tempat eksotik sekaligus wingit. Di Ranu Kumbolo konon dipercaya ada peri penunggu yang kerap menampakkan diri. 

Di kawasan Jembatan Merah di area pos 3, para pendaki kerap menyaksikan penampakan makhluk gaib dalam bentuk pendaki.

Jika mendaki melalui jalur pintas (ayeg-ayeg) dari desa terakhir ke arah Ranu Kimbolo (berbeda dengan jalur yang dilalui film 5 CM, juga konon banyak cerita soal penampakan. Yang melegenda adalah tuyul yang berada di area Ranu Kumbolo atau padang lavender Oro-oro Ombo. Antara Ranu Kumbolo ke arah Oro-oro Ombo ada Tanjakan Cinta yang mempunyai mitos bahwa agar keinginannya tercapai, maka jangan menoleh lagi ke bawah. Menurut cerita, dahulu ada pasangan pendaki. Yang pria tiba di tempat itu terlebih dahulu. Dia berjalan tanpa menoleh. Sementara pasangannya ditinggalkan di belakang, tiba-tiba sudah tergelincir dan meninggal di sana. Pada kenyataannya, sepertinya susah untuk tidak menoleh ke belakang, karena pemandangan Ranu Kumbolo tampak cantik jika dilihat dari dari Tanjakan Cinta. 

Oh iya, Ranu Kumbolo adalah danau yang sebenarnya merupakan kawah mati yang kemudian menampung air hujan. Tempat ini dipercaya sebagai tempat bertapa Prabu Jayabaya dan Prabu Jayakatwang.

Di Arcapada juga ada legenda. Konon di sana ada dua arca besar yang diproduksi pada jaman Majapahit, yang tidak kasat mata, namun pernah dilihat oleh para pendaki. 

Selepas Arcapada, kita akan bertemu dengan titik paling berbahaya di Semeru, yaitu dengan ditemukannya banyak batu-batu vulkanik bertebaran. Di titik itulah dikisahkan banyak pendaki yang mengalami nasib naas. Di antaranya Mochammad Soegiharjono (Jono) dan Taufik Ganifianto (Khelik) yang gugur pada 11 Januari 1984. Tokoh Khelik bisa dijumpai di Novel 5 CM. Ada monumen mereka di sana. Ada juga beberapa monumen yang tersebar di gunung Semeru, antara lain monumen Soe Hok Gie dan Idhan Lubis yang gugur pada 1969, juga monumen Andika Listyono Putra yang meninggal pada 2009.

Menurut sumber terpercaya, di Semeru masih tersimpan situs yang belum banyak diketahui orang, misalnya danau bernama Ranu Pukis. Konon di sekitar Ranu Pukis ini terdapat gugusan pasir dimana setiap benda yang ada di atasnya akan terbakar. Pihak Taman Nasional Semeru pun tidak pernah mencantumkan danau ini sebagai situs unggulannya. Mungkinkah disembunyikan?
 
10. Gunung Sindoro (3150 m dpl)

Gunung Sindoro yang seperti terletak sebelah-menyebelah dengan Gunung Sumbing ini berabad-abad lalu adalah gunung aktif. Ini dibuktikan dengan ditemukannya situs Liyangan di Ngadirejo-Temanggung. Liyangan dulu adalah sebuah desa di lereng Sindoro yang mengingatkan kita pada amukan Vesuvius di Pompei. Desa makmur yang ada di jaman kebesaran Saga Sanjaya pada era Mataram Hindu ini luluh lantak akibat tertimbun material letusan Gunung Sindoro pada abad ke-7 hingga kedalaman 12 meter.  

Di gunung ini terdapat larangan mendaki, yakni tidak boleh mendaki pada pasaran Wage dan Selasa Kliwon. Tentu ini hanya mitos dan banyak diabaikan para pendaki. Penduduk setempat pun hanya mengingatkan jika ada yang tetap nekad. Tapi pendaki yang baik akan selalu menghormati adat setempat tentunya.

Secara statistik, Gunung Sindoro termasuk sering menelan korban. Biasanya korban adalah pendaki yang tersesat. Jalur yang kerap menelan korban adalah jalur Kledung.

Jamak buat para pendaki untuk sebuah istilah yang dikenal di Sindoro, yaitu "pedhut ireng" atau kabut hitam yang sering muncul di area puncak. Kabut ini cukup ditakuti pendaki karena berpotensi menyesatkan. 

Dan satu lagi yang pernah diwanti-wanti seorang tetua desa di jalur Sigedang, agar kita menghindari berurusan dengan ular saat di atas gunung. Karena pernah ada kejadian, begitu orang tersebut membunuh ular, dia lalu dikeroyok ribuan ular. Wallaahu a'laam.


-------------- 
foto-foto dari dokumen pribadi, kapanlagi.com, dan kelompok saya (Larepa, Nebula dan Wapeala). 

zachroni

Senin, 21 September 2015

PUNCAK SIKUNIR


  (DIKIRIM KE MAJALAH BOBO ONLINE)

Aku bersama bapak, ibu, dan kakakku berkunjung ke tempat yang indah sekali di Jawa Tengah, yaitu Dieng. Untuk ke Dieng, bisa lewat Wonosobo atau Banjarnegara. Kami lewat jalur Banjarnegara. Jalannya berkelok-kelok, naik turun, dan curam. Kata bapakku, jalur Banjarnegara lebih sulit daripada jalur Wonosobo.

Kami bermalam di sebuah homestay di Desa Dieng Kulon. Dieng ini mempunya gelar “Atap Pulau Jawa”. Kawasan Dieng ternyata dingin sekali. Karena di Dieng ada kabut yang namanya Mbun Upas. Mbun Upas bersifat beku, membawa hawa dingin yang menusuk tulang, dan bisa merusak tanaman.

Pukul setengah tiga pagi, bapak mengajak kami ke sebuah lembah di dekat danau bernama Telaga Cebongan. Dari situ kami mendaki bukit yang bernama Bukit Sikunir. Bukit ini konon adalah salah satu tempat paling indah di dunia untuk melihat matahari terbit. Di puncak Bukit Sikunir kami shalat subuh bersama para pendaki lainnya. 





Lalu kami menunggu detik-detik matahari terbit di puncak Bukit Sikunir. Saat matahari muncul, semua orang di sana terkagum-kagum. Sangat indah dan menakjubkan. Betah rasanya berlama-lama di puncak Sikunir, menikmati indahnya ciptaan Tuhan. 


Saat menuruni bukit, rasanya berat sekali hatiku untuk meninggalkan tempat itu. Insha Allah lain waktu aku akan ke tempat itu lagi. 
SD NEGERI JULANG BOGOR
zachroni
------------------------
bisa dilihat di sini:
http://bobo.kidnesia.com/Bobo/B-Young-Journalist/Pengalamanku/Puncak-Sikunir
SDN JULANG BOGOR



Minggu, 20 September 2015

BIOLA

 (DIKIRIM KE MAJALAH BOBO ONLINE)
SDN JULANG BOGOR
Assalamuálaikum wr.wb.


Aku suka bermain biola karena bermain biola itu sangat mengasyikkan. Aku bisa bebas membunyikan nada dan bisa memainkan nada-nada tinggi. Gitar saja kalah.


Tapi ibuku lebih suka mendengar aku bermain drum daripada bermain biola. Kata ibuku biola itu nadanya menyayat hati.  

Biola mempunyai empat senar, yaitu senar G, D, A, dan E. Biola juga banyak ukurannya, yaitu dari yang paling kecil: 1/16, 1/8, ¼, ½, ¾, dan 4/4. Biolaku ukurannya ¾.

Menyetem biola lebih mudah daripada menyetem gitar. Tinggal menyamakan bunyi senar dengan nada di alat musik keyboard.

nyetem

Tahukah teman-teman kalau penggesek biola (bow) memakai ekor kuda? Ini karena biola awalnya diciptakan oleh para penunggang kuda di Mongolia.


Aku kagum melihat pertunjukan orkestra dengan banyak pemain biola. Aku ingin suatu saat bisa tampil di panggung seperti mereka. Tunggu saja saatnya.

 Wassalamuálaikum wr.wb.

Agree dan instrukturnya
zachroni
SD NEGERI JULANG BOGOR
Bisa dilihat di sini:
http://bobo.kidnesia.com/Bobo/B-Young-Journalist/Pengalamanku/Biola